Taukah Sobat SehatKu tentang Pemeriksaan ENMG? Pemeriksaan ENMG atau Elektroneuromiografi adalah pemeriksaan yang sangat berguna untuk menegakkan diagnosis penyakit sistem saraf perifer. Pemeriksaan ini merupakan kombinasi antara pemeriksaan elektroneurografi dan elektromiografi. Elektroneurografi (ENG) disebut juga sebagai pemeriksaan konduksi saraf, yang mencakup pemeriksaan kecepatan hantar saraf (KHS) motoris, sensoris dan respon lambat. Pemeriksaan Elektroneuromiografi (ENMG) untuk mendeteksi gangguan fungsi fungsi saraf tepi pada keluhan neuropati seperti nyeri, kesemutan, rasa kebal dan kelemahan / kelumpuhan pada wajah dan anggota gerah tubuh.
Yukk kita simak 3 penyakit yang diagnosisnya dapat diketahui dengan pemeriksaan ENMG.
1. Saraf Terjepit
Saraf terjepit atau HNP adalah singkatan dari Hernia Nucleus Pulposus artinya adanya penonjolan inti dari bantalan tulang belakang sehingga penonjolan tersebut menekan saraf, sebagai akibatnya timbullah rasa sakit, kesemutan, dan kelemahan pada anggota gerak misalnya punggung, pinggang, lengan atau tungkai.
Lalu, apa saja penyebabnya?
- Faktor usia. Semakin bertambahnya usia seseorang, maka diskus vertebra (penghubung antar tulang) menjadi tidak fleksibel dan mudah robek.
- Faktor genetik/keturunan. Seseorang yang merupakan keturunan dari penderita HNP memiliki risiko lebih besar untuk menderita HNP juga.
- Cedera pada tulang belakang.
- Sering melakukan aktivitas yang memberatkan tulang belakang, misalnya mengangkat beban berat.
- Berat badan berlebih. Hal ini menyebabkan beban tulang belakang bertambah.
- Jenis pekerjaan yang menuntut kekuatan fisik memiliki risiko lebih besar dari masalah punggung. Contohnya mengangkat berulang, menarik, mendorong, membungkuk ke samping dan memutar juga dapat meningkatkan risiko terkena penyakit HNP.
Gejala yang timbul dapat berupa nyeri pada bagian yang terkena HNP. Jika HNP terjadi pada punggung bawah, maka akan muncul gejala nyeri punggung yang bisa menjalar ke bokong sampai paha, betis, dan kaki. Jika HNP terjadi di leher, gejalanya berupa nyeri di leher yang menjalar ke bahu atau lengan. Nyeri biasanya bertambah jika batuk, bersih, atau berubah posisi. Gejala selanjutnya yang dapat dirasakan adalah kelemahan otot pada bagian saraf yang terjepit. Otot akan melemah akibatnya penderita HNP semakin lama akan merasa kesulitan dalam mengangkat beban atau bahkan hanya sekedar menggenggam. Kesemutan pada bagian tubuh yang terkena HNP juga dapat menjadi salah satu gejalanya.
Pencegahan yang dapat dilakukan diantaranya :
- Menjaga berat badan agar tetap ideal
- Olahraga teratur. Jenis olahraga yang dilakukan adalah olahraga yang memperkuat otot punggung
- Tidak merokok
- Memperhatikan posisi tubuh saat duduk, bergerak, atau mengangkat beban
Penyakit saraf terjepit dapat diobati dengan berbagai terapi diantaranya dengan obat, fisioterapi, maupun operasi. Deteksi dini penyakit saraf terjepit juga dapat dilakukan dengan menggunakan alat elektroneuromiograf (ENMG).
2. CTS (Carpal Tunnel Syndrome)
Carpal Tunnel Syndrome atau sindrom terowongan karpal adalah kondisi yang membuat tangan mengalami sensasi kesemutan, mati rasa, nyeri, atau lemah. Sindrom ini terjadi ketika saraf di dalam pergelangan tangan terhimpit atau tertekan.
Terowongan karpal adalah terowongan sempit di dalam pergelangan tangan yang dibentuk oleh tulang pergelangan tangan (tulang karpal) dan jaringan penghubung antar tulang (ligamen). Di dalam lorong karpal ini terdapat saraf median, yang berfungsi untuk mengendalikan otot jari tangan dan menerima rangsangan dari kulit di daerah tangan.
Penyebab dari CTS adalah tertekannya saraf di pergelangan tangan. Tekanan pada saraf ini bisa disebabkan oleh bermacam-macam hal. Salah satunya adalah aktifitas fisik berlebih menggunakan pergelangan tangan, seperti pada pekerja pabrik bagian packaging yang melakukan pengemasan, pada pekerja kantoran yang sering melakukan aktifitas mengetik dengan komputer, ataupun pada ibu rumah tangga yang sering memasak menggunakan ulekan.
Gejala yang timbul dapat berupa kesemutan, sakit, seperti terbakar, atau mati rasa pada jar-jari tangan. Selain keluhan sensorik ini, penderita CTS juga mengalami kelemahan pada otot tangan. Gejala CTS dapat hilang dan timbul kembali, sehingga sangat mengganggu penderitanya dalam beraktifitas sehari-hari. Diagnosa yang tepat akan membantu penderita untuk sembuh lebih cepat.
3. Bell's Palsy
Bell's Palsy adalah kelumpuhan pada otot wajah yang menyebabkan salah satu sisi wajah tampak melorot. Kondisi ini dapat muncul secara tiba-tiba, namun biasanya tidak bersifat permanen. Banyak orang menganggap Bell's Palsy sebagai stroke karena gejala yang serupa, yaitu kelumpuhan pada otot wajah. Padahal kedua penyakit tersebut sebenarnya berbeda. Gejala Bell's palsy hanya terbatas pada otot wajah dan sebagian besar penderita dapat pulih sepenuhnya dalam waktu 6 bulan.
Apa penyebab dari Bell's palsy?
Penderita Bell's Palsy akan mengalami peradangan pada saraf wajah, sehingga otot wajah menjadi lemah dan bentuk wajah menjadi berbeda. KOndisi ini diduga terkait dengan infeksi virus atau beberapa penyakit, seperti infeksi telinga bagian tengah dan penyakit diabetes. Bell's Palsy dapat mdialami oleh siapapun, namun lebih sering terjadi pada orang-orang berusia 15-60 tahun.
Gejala Bell's Palsy adalah kelumpuhan pada salah satu sisi wajah. Kelumpuhan tersebut ditunjukkan dengan perubahan bentuk wajah sehingga penderita sulit tersenyum dengan simetris atau menutup mata di sisi yang lumpuh. Selain kelumpuhan pada satu sisi wajah, gejala yang juga dapat muncul antara lain adalah mata berair dan keluar air liur secara terus menerus.
Diagnosis dilakukan oleh dokter dengan melakukan pemeriksaan gerakan wajah penderita. Di samping pemeriksaan fisik, serangkaian pemeriksaan lanjutan akan dilakukan, seperti tes darah serta elektromiografi yang bertujuan untuk mengetahui seberapa berat kerusakan pada saraf wajah.
Telah hadir di PMC Klinik Ultimate alat ENMG yang akan membantu Sobat mendeteksi penyakit HNP (saraf terjepit), CTS, maupun Bell's Palsy. Selain itu juga dapat melakukan pemeriksaan untuk penyakit myasthenia grafis (mata lelah, sulit menelan, dan kelemahan otot), pemeriksaan BERA dapat dilakukan pada pasien dengan keluhan vertigo berulang, Penyakit Sindroma Guillaine Barre, Penyakit Spasmofilia, Penyakit Motorneuron Disease, serta keluhan sering kesemutan, tebal daerah tangan dan kaki pada pasien diabetes melitus.
Mari sehat bersama dengan PMC Klinik Ultimate dan dokter spesialis saraf dr. Theodorus Kevin, Sp.N